Jumat, 22 Mei 2009

100% saya kerjakan

"Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya." (Matius 25:15)
Bila kita sebagai umat Kristiani menggunakan kemampuan yang terpendam di dalam diri kita dan mengamalkan semua talenta dan karunia yang telah Tuhan anugerahkan pada kita bagi Tuhan dan sesama, betapa besar perubahan yang akan terjadi di dunia ini. Tuhan tidak menghendaki setiap kita gagal. Tuhan menghendaki kita menjadi terang dan garam dunia untuk orang-orang di sekitar kita.
Elbert Hubbard, seorang yang sangat sukses, menjelaskan orang yang sukses adalah mereka yang mencoba, bukan mengeluh; yang bekerja, bukan mangkir; yang bertanggung jawab, bukan mengelak; yang mau menanggung beban, bukan yang berdiri diam; yang menatap ke depan; yang memberi nasehat.
Charles Kingsley berkata: "Orang yang berhasil hidupnya adalah mereka yang selalu ceria dan berpengharapan, yang melakukan pekerjaannya dengan senyum di wajahnya, bersikap sama dalam menghadapi kesempatan dan kesempitan."
Jenjang keberhasilan adalah:
0% - Saya tidak mau
10% - Saya tidak dapat;
20% - Saya tidak tahu harus bagaimana;
30% - Saya harap saya bisa;
40% - Apakah ini?
50% - Saya pikir saya mungkin bisa;
60% - Saya mungkin bisa;
70% - Saya pikir saya dapat;
80% - Saya dapat;
90% - Saya mau;
100% - Saya kerjakan;
Orang bilang bahwa untuk sukses 10% adalah gagasan dan 90% usaha. Bersama memberi 100% yaitu "Saya kerjakan". Kita mengeluh bahwa kita tidak mempunyai talenta dan kesempatan pada saat dimana ketekunan dan konsentrasi yang diperlukan.
"Gunakan talenta yang Anda miliki; hutan akan sepi bila tidak ada burung yang bernyanyi selain yang nyayiannya terbaik," kata Henry Van Dyke. Burung-burung tidak kuatir tentang siapa yang nanyiannya terbaik; mereka lakukan apa yang wajar mereka lakukan. Daripada membanding-bandingkan dengan talenta orang lain, marilah kita berterima kasih pada Tuhan untuk apapun yang kita miliki dan menggunakannya, karena jika tidak kita akan menjadi orang yang tak berdaya.

Saduran : Patricia Erwin Nordman, Walking through the Darkness
(21 Des 2004)

Minggu, 05 April 2009

Mau kaya...????

Ingin kaya dan menjadi kaya sah-sah saja, banyak orang yang ingin menjadi kaya.. bahkan
kalau bisa jadi kaya raya. sekali lagi bermimpi atau bercita-cita menjadi kaya sih boleh-boleh aja, yang penting jangan menghalalkan segala cara.
Sekarang ini banyak orang yang sudah diperbudak oleh uang, buat mereka uang adalah segalanya. konsep ini yang berbahaya.. orang yang seperti ini yang akhirnya akan menghalalkan semua cara untuk mencapai tujuan mereka yaitu bisa memiliki banyak uang. kalau sudah begitu ya bisa ditebak cara-cara apa yang akan mereka pakai. kalau keinginan tidak disertai dengan pengetahuan, dan pengetahuan tidak didukung dengan keterampilan, ditambah tidak mau bekerja atau istilahnya mau ada upaya supaya bisa berhasil, alhasil menipu orang, mencuri, korupsi, merampok dll, adalah solusi instant yang akan dilakukan. iiihhh...serem.
padahal selain berdosa, perbuatan seperti ini tentu akan merugikan orang lain, keluarga , dan yang pasti juga akan merigikan diri sendiri. sebenarnya masih banyak cara untuk bisa mandapatkan penghasilan lebih, seperti yang saya tulis diatas, miliki pengetahuan .. berbisnis online melalui internet juga merupakan cara untuk kita mendapatkan penghasilan tambahan, ada banyak bisnis online yang ditawarkan. walaupun ada beberapa yang meragukan bukan berarti tidak ada yang benar, intinya miliki pengetahuannya maka kita akan mengerti bagaimana caranya supaya bisa berbisnis online
di internet dengan benar, kalau anda mengklik judu di artikel ini anda akan terhubung
kepada suatu panduan untuk bisa mengetahui caranya berbisnis online dengan benar. Bertindak tanpa memiliki pengetahuan adalah fatal, tetapi tidak bertindak ketika kita telah mengerti juga merupakan kebodohan. salam...!!!

Senin, 30 Maret 2009

YOUR PAST IS NOT YOUR FUTURE

Amsal 19:20
Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.

Saya pernah membaca sebuah tulisan yang menceritakan sebuah eksperimen yang dilakukan di Woods Hole Oceanographic Institute. Seekor ikan barracuda dimasukkan ke dalam sebuah akuarium berukuran sedang yang bagian tengahnya dipisahkan oleh sebuah kaca pembatas transparan. Di sisi lain, ada banyak ikan kecil yang merupakan makanan kesukaan si barracuda. Ketika lapar, berkali-kali ikan barracuda mencoba untuk memangsa ikan kecil tersebut, namun usahanya selalu sia-sia karena terbentur kaca pembatas transparan tadi.

Setelah berminggu-minggu mencoba dan tetap tidak berhasil, si barracuda menyerah dengan menerima
kenyataan bahwa perburuan ikan kecil tersebut hanya mengakibatkan kesakitan pada hidung dan mulutnya. Setelah itu kaca pembatas transparan tadi diangkat, dan apa yang terjadi? Si barracuda tetap pada sisinya, tidak bergerak ke arah ikan kecil. Rasa lapar mulai terasa hebat. Akan tetapi si barracuda sepertinya tidak berusaha sekali pun untuk memangsa ikan-ikan kecil tersebut. Akhirnya, ia pun mati kelaparan padahal makanan kesukaanya tepat berada di depan hidungnya.

Pelajaran penting yang saya temukan dan dapat kita ambil dari kisah barracuda ini adalah bahwa masa lalu kita tidak sama dengan masa yang akan datang. Hellen Keller pernah berkata ketika satu pintu tertutup, pintu lainnya terbuka; tapi kita seringkali mengamati pintu yang tertutup terlalu lama, sehingga kita tidak melihat satu pintu lain yang terbuka.

Jangan putus asa, jangan pernah putus asa! Sebab masa depan sungguh ada dan harapan kita tidak akan hilang. Impian pasti bisa menjadi kenyataan, jika kita yakin dan mau berusaha untuk mewujudkannya. Hiduplah sesuai dengan imajinasi Anda, bukan kenangan akan masa lalu.

sumber :http://www.jawaban.com

William Colgate

Kisah Sukses : William Colgate

Colgate adalah nama sebuah perusahaan. Jika mendengar nama itu, kebanyakan orang Amerika pasti akan langsung berpikir tentang pasta gigi. Tetapi, jika mereka tahu sejarah orang dibalik nama itu, mereka ,mungkin akan berpikir tentang kristus, dan jejak yang dijalani COlgate bersamaNya.

William Colgate lahir pada tanggal 25 januari 1783 di kota Kent, Inggris. Ayahnya, Robert adalah seorang petani yang dikenal sebagai intelektuual yang berani dan memiliki pemikiran politik yang tajam.

Pada suatu hari, karena mendukung kemerdekaan negara koloni Inggris, RObert mendapat ancaman dari pihak penguasa. Namun, Tuhan campur tangan dengan mengirim seorang di tengah malam buta untuk memperingati keluarga Colgate. Dengan segera mereka terbang meninggalkan negara Inggris. Pembawa pesan itu mengatakan, jika saja mereka tetap di Inggris kemungkinan besar pasti dihukum penjara atau bahkan dihukum mati. Tapi apa yang buruk menurut dunia, Tuhan mengubahnya menjadi sebuah kebaikan.

Pelayaran
Keluarga Colgate naik kapal pada bukan maret 1798 dan berlayar menuju Amerika. Mereka menetap di sebuah perkebunan di Hartford Co., Kota Maryland.

Disana Ayah William bekerja sama dengan Ralph Maher untuk memulai usaha pembuatan sabun dan lilin.

William membantu kedua orang itu dan belajar dengan cepat. Tetapi, kenyataan berkata lain. Meski sudah bekerja keras, kerja sama itu gagal di tengah jalan. Robert Colgate kembali ke perkebunan dan William memutuskan untuk memulai usahanya sendiri. Setahun kemudian ia kekurangan modal, dan William Colgate harus menutup usahanya.

Meski gagal dua kali, William tidak menyerah. Ia mendapatkan pelajaran berharga. Ia percaya, Tuhan akan mengarahkan langkah Anda, Jika Anda mau mencariNya dab menyerahkan bisnis ANda kedalam rencanaNya, meski ada kegagalan.

Seorang teman kristiani yang bekerja di sebuah kanal kapal menasihati Colgate, "Berikan hatimu bagi Kristus. Berilah kepada Kristus apa yang menjadi milik Nya. Buatlah sabun dengan jujur. Berikan persembahanmu dengan jujur...dan seseorang akan menjadi pembuat sabun ternama di New York. Orang itu mungkin saja kamu."

Saat William mempelajari Alkitab, ia begitu tertarik dengan ayat dalam Kejadian 28:20-22, "Lalu bernazarlah Yakub: "Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untukdimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka Tuhan akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepadaMu."

Pada tahun 1804, COlgate dipekerjakan oleh sebuah perusahaan pembuat sabun sebagai pegawai magang. Pengamatan Colgate sangat tajam dan teliti. Dia terus memegang perintah Tuhan dalam Amsal, Yaitu memperhatikan perintah, meski perintah itu datang dari mereka yang gagal (Ams 24:30-32).

Colgate percaya bahwa perusahaan itu telah salah kelola, dan ternyata ia benar. Perusahaan itu akhirnya tutup pada tahun 1806, tapi reputasi dan ambisi Colgate memampukannya untuk menghubungi pada penyalur di kota lain. Ia memulai merintis usahanya kembali.

Dan mujizat terjadi. William Colgate dan perusahaannya itu sudah berhasil sejak awal. Dalam 6 bulan perusahaan itu sudah berhasil membuat produk-produk baru dengan bahan kanji. Segera, perusahaan itu mampu memproduksi sabun tangan, sabun toilet, dan sabun cukur.

Tidak Lalai
Meski Colgate sangat sibuk dalam pengembangan usaha, ia tidak mengabaikan waktu-waktu pribadinya dengan Tuhan. Kesuksesan Colgate dicapai karena ia mengikuti prinsip-prinsip Alkitab.

Seperti Yakub yang berjanji untuk memberi persembahan sulung kepada Tuhan, maka Colgate juga membuat janji yang sama. Sepuluh persen dari keuntungan Colgate dengan setia diberikan kepada Tuhan.

Tidak lama, Colgatye segera menjadi salah asatu pengusaha ternama di New York. Bisnis itu bukanlah satu-satunya yang bertumbuh dan berhasil. Colgate menikahi Mary Gilbert pada tahun 1811, dan bersamanya terlahir 11 anak. Pernikahannya dengan Mary disebut orang sebagai "Persekutuan yang indah dengan seorang yang menyenangkan."

Colgate bahkan menamai anaknya berdasarkan nama Alkitab. Ini menggambarkan cara pandang Alkitab dalam setiap aspek hidup mereka. Keluarga ini setia beribadah dan membaca Alkitab bersama.

Colgate sangat aktif dalam bermacam kegiatan sosial yang diadakan di gerejanya. Dia juga meyumbangkan banyak dana untuk lembaga pendidikan, termasuk Madison College, Hamilton, New York.

Karena kemurahan hatinya, sekolah itu kini berganti nama menjadi Colgate university. Dia juga adalah pendukung aktif kegiatan misionaris. Pada tahun 1816, Colgate memegang peranan penting dalam mengelola American Bible Society dan American and Foreign Bible SAociety. Dia juga melayani sebagai pengurus American Tract Society.

Selagi bisnisnya terus berkembang dan diberkati Tuhan, dia memerintahkan akuntannya untuk meningkatkan jumlah persembahannya, dari 20 persen menjadi 30 persen. Ketika dia terus berkomitmen untuk memberi, perusahaannya menjadi semakin diberkati Tuhan.

Saat ini, Colgate Palmolive adalah salah satu perusahaan tertua di Amerika dan dinobatkan oleh majalah Fortune sebagai salah satu dari 500 perusahaan paling sukses di Amerika. Angka penjualan revenue-nya mencapai US$ 9 miliar dan cabangnya telah berada di 221 negara di seluruh dunia.

Produknya telah berkembang memenuhi kebutuhan perorangan, pabrik samapai hewan peliharaan. Merk-nya telah dikenal di seluruh dunia seperti Colgate, Palmolive, Speed-Stick, Fab, Murphy, Ajax, dan Irish Spring.

Keberhasilan Colgate Palmolive adalah sebuah kesaksian tentang apa yang Tuhan sanggup kerjakan bagi mereka yang setia mengejar mimpinya dan berkomitmen untuk mengenal Tuhan, pribadi yang sanggup memenuhi mimpi-mimpinya.

PEMILU DAN POLITIK UANG


Beberapa hari yang lalu tukang cuci yang biasa bekerja di rumah kami meminta izin untuk tidak bekerja pada hari-hari tertentu, alasannya mau ikut kampanye salah satu parpol, agak aneh juga mengingat belum lama dia juga ikut kampenye dari partai yang lain.
Waktu saya kemukakan kebingungan saya tersebut, beliau dengan enteng nya menjelaskan bahwa menjadi peserta kampanye suatu partai belum tentu menunjukkan pilihannya terhadap partai tersebut saat pemilu nanti. Usut punya usut ternyata dia mencari penghasilan tambahan melalui kampanye dari beberapa parpol yang mengadakan kampanye, pasalnya setiap ikut kampanye beliau menerima honor yang lumayan ditambah makanan dan tentu saja atribut partai.
Iya juga ya, kalau gak dapat sesuatu ngapain panas-panasan di jalanan, kecuali kader partai yang memang harus solid terhadap partainya, he..he.. yang kayak gini masih mau dibilang bukan politik uang..? banyak parpol yang mengklaim bahwa mereka anti dan tidak mendukung politik uang tapi kenyataannya yang terjadi di lapangan beda banget lho.
Memang berpolitik tanpa embel-embel uang kayaknya susah ya, lihat aja caleg-caleg yang maksain diri berkampanye dengan modal yang ngepas bahkan pinjam sana-sini untuk coba ikut dibagi-bagi supaya banyak orang yang mau mendukungnya. Mestinya setiap partai politik itu malu ya dan mau berfikir dua kali, niatnya mau menggalang massa, kenyataannya massa nya ternyata enggak real. Daripada berkampanye dengan model seperti itu mending dicari deh cara lain yang lebih terhormat. Salam..